RESENSI
Judul buku : Manufacturing Hope : Bisa !
Penulis : Dahlan Iskan
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tahun terbit : 2012
Tebal : 278 halaman
Mengubah Pemikiran Gajah di Pelupuk Mata
Manufacturing
Hope 8
Ide-Ide
segar bisa datang dari mana saja. Salah satunya disampaikan oleh Direktur Utama
PT Pupuk Sriwijaya Holding Arifin Tasrif. Saya sangat tertarik dengan ide baru
yang bisa sedikit mengatasi kesulitan gas untuk bahan baku pupuk. Ketika ide
teman-teman Pupuk Sriwijaya ini saya sampaikan dalam pertemuan khusus dengan
Presiden SBY, beliau juga sangat memuji.
Ide ini juga menjadi bukti bahwa
berpikir kreatif lebih penting daripada terus-menerus mengeluh. Selama ini ada
gejala terlalu banyak energi para pimpinan BUMN untuk mengeluh, ngomel, ikut
menghujat. Termasuk soal kekurangan gas untuk bahan baku pabrik pupuk ini.
Sampai-sampai saya pernah sangat
kasihan pada industri pupuk yang harus menutup pabriknya karena kekurangan gas.
Sampai-sampai, sewaktu saya menjabat Dirut PLN, saya menegaskan: biarlah gas-gas
di Sumsel lebih diutamakan untuk pupuk. Padahal, saat itu PLN sendiri sangat
membutuhkan gas.
Tentu, banyak teman PLN yang kurang
setuju. Tetapi, saya punya logika sendiri. PLN masih bisa mencari sumber
listrik dari bahan baku lain. Bahkan, untuk Sumsel, bahan baku itu
melimpah: batubara dan air.
Sedangkan pabrik pupuk Sriwijaya
harus tutup kalau tidak mendapat gas. Memang, PLN tetap memerlukan gas, tetapi
sebenarnya tidak harus sebanyak kapasitas pembangkitnya. Gas untuk PLN harus
hanya untuk lima atau tujuh jam sehari. Yakni untuk jam-jam 16.00 sampai jam
22.00.
Memang, harus ada pemikiran yang
radikal. PLN perlu membuat tangki CNG (compressed natural gas). Agar gas yang
mengalir 24 jam itu jangan dipakai 24 jam, tetapi ditampung dulu dalam satu
tangki. Gas itu harus dimampatkan agar tangkinya tidak terlalu besar. Baru pada
jam yang diperlukan, gas tersebut dipakai.
Katakanlah di satu pulau atau di
satu daerah atau di satu sistem, kebutuhan tetap (dasar) listrik sepanjang hari
sebesar 1.000 MW. Baru pada jam-jam tertentu kebutuhan itu meningkat menjadi
1.200 MW. Sebaiknya, yang 1.000 MW diisi dengan pembangkit bertenaga batubara.
Ditambah dengan geotermal dan air.
Ini sesuai dengan sifat batubara,
geotermal, dan air yang produksinya konstan. Baru pada jam-jam tertentu itu
digunakan gas. Dengan demikian, dalam keadaan negara yang lagi kekurangan gas
seperti sekarang, manajemen gas secara nasional bisa dilakukan dengan tepat.
Bisa jadi, teman-teman PLN tidak
setuju dengan ide seperti ini. Itu wajar karena orang PLN harus membela
perusahaannya lebih dulu. Tetapi, kalau kita sudah berbicara kepentingan
nasional, tidak bisa lagi masing-masing sektor berpikir egoistis. Bisa jadi,
efisien di satu tempat membuat pemborosan yang luar biasa di tempat lain.
Bisa jadi, kepuasan di satu
tempat menimbulkan ketidakpuasan di banyak tempat. Di sini harus ada manajemen
nasional di bidang gas. Ego sektor yang selama ini menjadi salah satu kelemahan
kita bersama harus diatasi.
Tentu, PLN tidak seperti itu. PLN
sudah melahirkan ide CNG sejak 2 tahun lalu. Kini proyek CNG PLN yang pertama
sedang dikerjakan. Semoga segera dibangun proyek serupa, besar-besaran,
di semua daerah. Secara nasional, manajemen gas kita yang lagi sulit akan bisa
lebih baik.
Demikian juga industri. Setiap
industri harus berpikir untuk melakukan manajemen gas. Industri yang hanya
menggunakan gas 12 jam sehari harus melakukan manajemen gas yang berbeda dengan
industri yang menggunakan gas 24 jam.
Industri yang libur di hari Sabtu
dan Minggu harus diperlakukan tidak sama dengan industri yang bekerja 24 jam
dalam 7 hari seminggu. Karena itu, pengadaan receiving terminal gas yang
sebentar lagi selesai sangat cocok untuk melengkapi sistem manajemen gas yang
tepat.
Ide baru perubahan manajemen gas
seperti itulah, yang sedang dirancang teman-teman Pupuk Sriwijaya sekarang ini.
Dulu Pupuk Sriwijaya itu seperti “melihat gajah di pelupuk mata”. Mereka
mengeluh luar biasa karena kekurangan gas sebagai bahan baku pupuk.
Tetapi, mereka lupa bahwa mereka
sendiri ternyata melakukan pemborosan gas yang tidak perlu. Mereka telah
menggunakan gas untuk membangkitkan listrik untuk kepentingan pabriknya. Inilah
yang akan diubah oleh teman-teman Pupuk Sriwijaya. Mereka akan segera membangun
pembangkit listrik tenaga batubara.
Kalau PLTU ini sudah jadi, gas
sebesar 40 juta mscfd bisa dihemat. Bisa dialihkan untuk bahan baku. “Bisa
untuk menghidupkan satu pabrik tersendiri dengan kapasitas 1 juta ton/tahun!”
ujar Arifin Tasrif.
Bahkan, mungkin tidak perlu menunggu
PLTU-nya jadi. Sekarang ini sistem kelistrikan di Sumsel sudah tidak krisis
lagi. Sudah banyak pembangkit baru yang mulai menghasilkan listrik. Termasuk
geotermal Ulubelu sebentar lagi selesai dibangun.
Pabrik-pabrik pupuk yang lain akan
mengikuti logika tersebut. Maka, energi besar yang selama ini
dipergunakan untuk mengeluh terbukti bisa diubah menjadi energi yang
sangat positif. Betapa penting menggunakan kapasitas berpikir untuk
sesuatu yang positif dan kreatif.
Bahkan, PLN atau pabrik pupuk bisa
melakukan pembicaraan swap energy dengan kilang LNG. Baik di Tangguh maupun di
Bontang. Gas yang dipergunakan untuk membangkitkan listrik (untuk mencairkan
gas) di dua terminal LNG tersebut sangat besar. Bisa saja PLN atau siapa pun
membangunkan PLTU batubara di dua lokasi tersebut. Lalu, gas yang dibakar
di situ diminta untuk kepentingan yang lebih strategis. Di Bontang swap gas itu
bisa digunakan untuk pabrik Pupuk Kaltim, sedangkan di Tangguh bisa untuk listrik
Papua.
Ide kreatif juga datang dari PT
Pelni. Direktur Utama Pelni Jussabela menyampaikan kepada saya tentang
ide baru “Kapal 3 in 1?. Ide ini bermula dari menurunnya jumlah penumpang
kapal. Sejak maraknya penerbangan murah 10 tahunan yang lalu, penumpang kapal
Pelni menurun drastis. Tinggal 50 persen. Tentu, Pelni mengalami kerugian
yang sangat besar.?
Padahal, Pelni tidak boleh
menghentikan operasi. Pelni harus tetap mengemban tugas merangkai pulau-pulau
Nusantara. Kalau Pelni tidak beroperasi, tidak ada pilihan bagi masyarakat
golongan bawah yang ingin bepergian. Sekarang saja, kalau ada kapal Pelni yang
dok (diperbaiki), harga-harga barang di suatu daerah terpencil langsung naik
drastis.?
Di samping itu, penumpang Pelni
adalah juga para pedagang kecil yang hanya dengan menggunakan Pelni dia bisa
membawa barang dalam jumlah banyak dengan biaya yang murah. Bahkan, untuk
kilogram tertentu, tidak perlu membayar.
Di saat pesawat semakin ketat dalam
mengontrol berat barang bawaan, Pelni menjadi tumpuan bagi pedagang kecil
antarpulau. Memang, kadang agak keterlaluan. Barang yang dibawa bukan lagi
ratusan kilo, tetapi mendekati ton. Kalau ditegur, bisa memecah kaca terminal.
Inilah yang membuat Pelni kian sulit.
Melihat gejala baru itu, teman-teman
di Pelni bertekad mengubah semua kapalnya menjadi “kapal 3 in 1″. Agar tidak
hanya bisa mengangkut orang. Kapal Pelni juga harus bisa mengangkut barang. Dan
ternak. Artinya, sebagian ruang penumpang yang kini separo kosong itu diubah
untuk bisa dimasuki kontainer. Setidaknya, kontainer-20. Bahkan, mungkin
kontainer yang lebih kecil.
Direksi Pelni sedang mendesain
kontainer mini itu. Sekaligus untuk menambah fleksibilitas. Juga agar
biaya modifikasinya lebih murah. Cukup mengadakan crane yang ukurannya kecil
yang lebih murah.
Untuk itu, Pelni akan bekerja sama
dengan Fakultas Teknik Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
(ITS). ITS sudah punya pengalaman meredesain kapal Pelni untuk kepentingan
serupa. Beberapa hari lalu, sebelum matahari terbit, saya melihat kapal yang
sudah dimodifikasi itu di Tanjung Priok.
Sekalian melihat terminal baru
penumpang Pelni di situ. Terminal baru yang dibangun Pelindo II ini” berselera
tinggi. Tidak kalah dengan bandara sekelas Juanda Surabaya. Desainnya
futuristik. Ruang tunggunya mengejutkan. Apalagi kalau pohon-pohon yang saya
minta ditanam banyak-banyak di situ sudah besar nanti. Penumpang kapal Pelni
tidak akan merasa rendah diri daripada penumpang pesawat terbang.
Saya juga sudah menyampaikan ide
kreatif seperti ini kepada Presiden SBY. Beliau sangat menghargai bahkan
berharap bisa ikut mengatasi kesulitan sistem logistik nasional. Terutama untuk
daerah-daerah yang belum berkembang.
Jawa, misalnya, memerlukan daging
sapi yang luar biasa besar. Tetapi, kiriman sapi dari Indonesia Timur
sangat mahal. Sebab, tidak ada kapal khusus angkutan sapi. Kapal khusus sapi
harus besar. Padahal, sapi yang akan diangkut, meskipun banyak, tersebar
di daerah-daerah kecil. Tidak mungkin kapal khusus bisa melayaninya.
Dengan kapal Pelni “3 in 1″, lima
atau enam ekor sapi dari satu daerah sudah bisa diangkut ke Jawa dengan ongkos
yang murah. Presiden berharap ide kreatif ini bisa mendorong masyarakat
di Indonesia Timur lebih semangat menernakkan sapi. Bisa menjual sapi dengan
mudah dengan harga yang baik.
Tentu, penumpang Pelni tidak perlu
merasa “kok disatukan dengan sapi”. Bukankah penumpang pesawat juga tidak
merasa disatukan dengan jenazah ketika pesawat itu sedang mengangkut jenazah?
Tentu, sapi-sapi itu tidak akan dimasukkan ke peti mati, tetapi akan dimasukkan
dalam kontainer. Yakni kontainer khusus yang kini lagi dipikirkan desainnya.
Satu sapi satu kontainer. Dengan demikian, sapi di pelabuhan sudah dikemas
dalam kontainer. Tidak akan ada pemandangan sapi gila yang mengamuk karena tidak
mau digiring ke kapal.
Ide ini sekaligus untuk mengatasi
ketidakseimbangan angkutan barang antarwilayah Indonesia. Kapal-kapal Pelni
yang menuju Indonesia Timur itu selalu penuh barang kalau meninggalkan Jakarta
atau Surabaya. Tetapi, ketika kembali ke Jawa, tidak banyak barang yang
diangkut. Sayang sekali kalau kapal itu kosong.
Dengan angkutan barang dan ternak
ini, kapal Pelni yang kembali ke Jawa bisa penuh muatan. Dengan demikian,
pendapatan Pelni bisa lebih baik. “Bisa naik 300 persen,” ujar Jussabela.
Kreativitas seperti itu akan terus
didorong di semua BUMN. Agar bisa menggantikan sikap hanya bisa mengeluh atau
cengeng.
Dahlan Iskan
Menteri BUMN
Menteri BUMN
Dahlan Iskan (lahir tanggal 17 Agustus 1951 di Magetan, Jawa Timur), Ia adalah Direktur Utama PLN sejak 23 Desember
2009. Pada tanggal 19 Oktober 2011, berkaitan dengan reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II, Dahlan Iskan
diangkat sebagai Menteri Negara Badan
Usaha Milik Negara menggantikan Mustafa
Abubakar yang sedang sakit.
Buku ini sangat menarik
karena buku ini memberikan
pencerahan dan harapan baru bagi pembaca sehingga dapat memberikan motivasi, Isinya juga kocak
dan menggelikan sehingga pembaca dapat terhibur, walaupun begitu banyak
pelajaran yang bisa di dapat, serta
bahasa yang digunakan sangat mudah untuk dipahami.
0 komentar